Rapuh. Rembulan tanpa cahaya. Mentari mendingin.
Rintik berangin tak disambut awan. Pohon merajuk rumah bergoyang.
Hening menuntut keramaian. Tanpa sambutan.
Bertotok palu, batu menata diri.
Sedemikianlah.
Kediri, 20 Juli 2011
20 Juli 2011
9 Juli 2011
Care!
Subhanallah, percakapan sore kemarin. Antara saya dan Bapak. Tidak sengaja, sebenarnya. Tiba-tiba saja Bapak bercerita tentang itu. Memang pada mulanya kami sedang berbincang tentang tamu yang datang ke rumah kami siang kemaren. Tidak perlu saya ceritakan panjang lebar tentang tamu itu, ya. Intinya, tamu itu adalah orang yang sedikit kurang waras. Lama bercerita tentang itu, hingga sampailah pada percakapan yang saya maksud. Ohya, ada nama-nama yang saya sensor, sebagai tanda hormat saya menjaga identitas pribadi si pemilik nama. :)
ini bukan gambar tamunya ya :D
|
...
Bapak: Eh, Ya. Wingi pas Bapak ning SMA *tiiit* ketemu karo Pak C. Ndeknen cerita karo Bapak. Jarene, Pak C tau ngongkon bojone mbungkusne sego jumlahe 4. Pas bungkusan segone wes dadi, Pak C ngubengi kota Pekalongan arep goleki wong edan.
[Eh, Ya. Kemarin pas Bapak di SMA *tiit* ketemu sama Pak C. Dia cerita sama Bapak. Katanya, Pak C pernah nyuruh istrinya untuk membuat nasi bungkus 4 buah. Setelah bungkusan nasi itu jadi, Pak C keliling kota Pekalongan untuk mencari orang gila]
Langganan:
Postingan (Atom)