19 November 2013

Tuhan (Masih Berada) di Antara Kita

"Dan tak akan pernah kuceritakan rasa ini pada siapapun, selain Sang Maha Penyimpan Rahasia. Hanya aku dan Sang Maha Pemberi Rasa yang tahu dan paham perasaan ini sekarang. Mungkin bertahan dan mungkin pula akan musnah. Bahkan aku pun tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Tuhanku yang lebih tau tentang ini.
Yang aku rasa saat ini, aku menyukaimu. Lebih dari rasa yang pernah aku puja. Tanpa ragu, tanpa pertimbangan. Keyakinanku pada cinta ini mengantarkanku pada langkah hidup. Sebuah usaha penyetaraan antara aku dan kamu. Berbeda dari segala prasangka hati yang pernah terjadi, aku hanya yakin itu kamu. Meski penuh jeda, kembali aku menyentuh tuts-tuts namamu. Menyebutmu penuh harap agar Tuhan mengantarkanmu pada ayah-ibuku untuk, meminangku. Nanti.
Segala bayang masa depanku ada di kamu. Panah itu kembali ke arahmu. Aku tak meminta, hanya rasa ini yang mengarahkan. Kemudian aku tenang, yakin ada engkau di jalan jauh sana. Sungguh aku tak memalak Tuhan untuk memberikanmu padaku. Harapanku sama semu dengan takdirku, yang tak bisa sekalipun aku meramalnya. Ini urusan Tuhan. Sekali lagi, sungguh aku berpasrah kepada-Nya.
Kau tau apa yang terjadi ketika orang-orang menyebut namamu? Hanya "oh..", tanpa getar tanpa nanar. Rasa ini seakan sudah aus. Bukan lenyap, ini tentang kekebalan rasa. Jiwaku sudah tangguh mendengar namamu. Hanya satu yang membuatku cemas: orang lain tahu tentang perasaan ini. Plis, hanya aku dan Engkau yang tahu, Gusti. Kuatkan aku untuk bersabar tak menebar benih-benih rasa.

upload

 [Semacam EPILOG]--
Ketika sudah saatnya dan jika memang kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya cara lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan kamu, lagi. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkanmu untukku. Lalu kau akan tahu bahwa aku mencintaimu, jauh sebelum kau mencintaiku.
Atau,

Ketika sudah saatnya dan jika memang bukan kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya rahasia lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan dia. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkannya untukku. Lalu aku akan tahu bahwa dia mencintaiku, jauh sebelum aku mencintainya. Kemudian kau dan dia tak akan pernah tahu bahwa aku pernah mencintaimu.
Atau,

Ketika sudah saatnya dan jika memang bukan kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya rahasia lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan dia. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkannya untukku. Lalu aku akan tahu bahwa aku dan dia mulai saling mencintai pada detik yang sama. Kemudian kau dan dia tak akan pernah tahu bahwa aku pernah mencintaimu."


Tuhan tak akan pernah kehabisan cara istimewa untuk mempertemukan sepasang manusia, yang kemudian saling jatuh cinta.

8 November 2013

[Project] Tentang #TulisSurat


Mengapa #TulisSurat?
#TulisSurat, seperti kita ketahui bersama, terdiri atas dua kata; tulis dan surat. Berawal dari keinginan berkirim surat kepada seseorang, terciptalah project #TulisSurat ini. Hanya saja, sampai sekarang belum terkonsep dengan baik.

Memang, bagaimana konsep awal #TulisSurat?
Sederhana. Hanya menulis, lalu kirimkan surat kepada seseorang melalui pos. Boleh bertanya kabar, sebagai pengantar di dalam kado, atau lainnya. Bisa diketik ataupun tulis tangan.

Sejak kapan project #TulisSurat ini muncul?
Hmm, kalau tidak salah ingat, akhir Oktober 2013. Hingga 08 November 2013 ini, sudah dua surat yang saya kirim. Surat pertama dirahasiakan dan surat kedua bisa dibaca di sini.

Apa harapan yang ditanamkan dalam project ini?
Meski awalnya 'main-main', saya ingin project ini berkembang meluas. Ini project sederhana, tapi saya yakin impact-nya luar biasa. Apalagi kita kirimkan surat-surat ini kepada sahabat-sahabat jauh yang tidak lagi bisa dijangkau dengan sinyal. Kita juga bisa mengirimkan kepada orang-orang yang tidak kita kenal, untuk menjalin pertemanan baik dengan mereka. Dengan #TulisSurat ini, tak hanya orang pinggiran yang bisa kita jangkau. Para pembesar di depan sana juga bisa kita rangkul. Semoga.

Lalu, apa langkah selanjutnya untuk project #TulisSurat?
Saya tak bisa bekerja sendiri. Oleh karenanya, saya butuh orang-orang yang mau turut serta menyukseskan project ini. Bisa menyebarluaskan via online atau bahkan ikut menulis dengan mencantumkan tagar #TulisSurat di setiap suratnya.

Bagaimana untuk menjadi bagian dari project #TulisSurat?
#TulisSurat untuk saya. Mari kita menjalin pertemanan. Untuk mendapatkan alamat pos saya, sila kirim pesan ke 087-838-208-166.

Salam Surat! :)

Gambar diambil dari sini

6 November 2013

(Masih) Mencintai dengan Sederhana

YEYEYELALALA~

Tambah tua, umurku tambah tua. Dua puluh dua, oh dua puluh dua. Tapi tetap, aku dan mereka mencintai (-ku) dengan sederhana. #apasih :D

Tak perlu bermuluk-muluk mencintai seseorang. Ungkapan cinta tak selalu tentang materi 'kan? Ini buktinya. I was very happy when she posting on her blog. Thank you~ :*


Just it.
Apa yang membuatmu senang, coba berikan kepada orang lain. Sederhana, bukan?

Tidak. Aku tidak sedang berharap pemberian orang lain. Tapi, inilah yang sedang aku usahakan. Mencintai orang lain dengan sederhana. Cukup memberi apa yang kita sukai, bukan memberi apa yang tidak kita butuhkan. Semoga kita diberikan rasa ikhlas untuk menjalaninya :)

*terima kasihku untukmu (sekalian), yang mencintaiku dengan sederhana.

4 November 2013

Untuk Ken

Bulan purnama. Bayangan Ken semakin sulit kulihat. Hanya kecantikan cahaya yang menerangi bumi. Tanpa Ken. Tanpa kamu, Ken.

Suara merdu tapak kakimu juga semakin sulit kudengar. Meski tanpa kebisingan. Ah, benar. Malam purnama ini mengheningkan ragaku. Kau pulang tanpa kata sayang!

-Jedi.

1 November 2013

[Project] #TulisSurat Kedua

Tentang project #TulisSurat, bisa dibaca di sini. Ini merupakan surat kedua dari project tersebut. Surat pertama, dirahasiakan. Hehe.

--Surat ini saya tujukan kepada sahabat (kecil) saya di Pekalongan. Lahir pada tanggal 5 November 1991, tepat satu hari sebelum saya.
____________________________________________________________________________

#TulisSurat Kedua: Jogja, 1 November 2013.

Kata pertama yang ingin aku ucapkan sebelum semuanya: memanggil namamu!
BAAHRAAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIIIINN
*HOSH, HOSH, HOSH* Bismillahirrohmaaanirrohiim.
Assalamu’alaikuuuum...
Haloooo. Appaaa kabbaaarr teman (masa) kecilkuuuuu? :”
Kabarku, alhamdulillah masih diberi beban dalam mengerjakan skripsi. Itu artinya, aku masih punya rasa tanggung jawab untuk meluluskan diriku sendiri. Haha, coba kalau tidak? Mungkin aku akan memutuskan untuk menjadi mahasiswa abadi (Na’udzubillaaaaaah >,<)
Sebelum aku menerocos banyak hal, aku ingin menegaskan bahwa ini adalah surat. Bukan sekedar kartu ucapan atau sejenisnya yang didesain dengan sedikit tulisan. Sekali lagi, ini surat yang mengandung kalimat lebih banyak dari kartu ucapan lainnya.
Sedikit bercerita, aku sesungguhnya rindu menulis surat. Untuk siapapun, dalam hal apapun. Proyek ini aku namakan #TulisSurat. Makanya, jangan heran kalau di kertas ini, di kanan atas, ada tulisan tersebut. Karena ini adalah tulisan dalam bentuk surat-ku yang kedua; surat sebelumnya sudah aku kirim dan diterima oleh ‘yang berhak’. Haha. Oleh karenanya, setelah tanda proyek #TulisSurat di atas itu, aku beri kata kedua J Itu artinya, kamu orang kedua yang aku kirimi surat, Reeeen. Selamat yaaaaa. Hahahahaha, emang bahagia? :p
Btw, sebenernya sampai sekarang aku masih bingung bagaimana aku harus memanggilmu: Rain, Ren, atau justru Yen? Kau lebih suka yang mana? Jujur! :D
Hh, tak terasa lebih dari 10 tahun kita berteman ya? Dari mulai nyepeda bareng, jajan bareng, dolan bareng, bandel bareng, daaaaaan berbagai hal lain yang bareng-bareng. Oya, curhat bareng! Haha. Piye kamu? Sekarang sama siapa? Jadi rindu bergosip ria sama kamu :* Pokoknya besok kalau aku pulang ke Pekalongan, kita kudu jalan-jalan! Sebelum masing-masing dari kita menikah, kudu menggila sek. Hahahahaha. Trus kamu juga harus cerita tentang pasanganmu itu, lengkap tanpa jeda. Oke mbak Bro? Sip.
Aku gak tahu surat ini bakal sampai di tanganmu tanggal berapa. Yang pasti sebenarnya aku pengen banget kalau surat ini kamu buka di tanggal bahagiamu. Satu hari sebelum tanggal bahagiaku. Nah, ini yang paling aku inget sampai sekarang ketika tanggal bahagiaku tiba. Kamu juga sedang berbahagia di tempatmu sana –satu hari sebelumnya. Lucu rasanya, jika kita bisa merayakannya bersama-sama. Aku – kamu. Ulang tahun bareng, berpesta bareng. Yok, kapan-kapan. Semoga tahun depan kita masih dipersilakan melakukan yang sedemikian itu, ya. Amin.
Hah, akhirnya. Sampai juga di kertas berikutnya. Nyerocosku sudah banyak banget. Kalau kamu mau, boleh lho, bales surat ini. Pakai tagar #TulisSurat seperti di atas itu. Itung-itung bernostalgia dengan kata dan kertas, bukan lagi surat digital semacam e-mail, sms, atau bahkan bbm-whatsapp. Ini gak wajib, gak sunnah, gak makruh, juga gak haram. Hehe.
Sebelum kuakhiri surat ini, aku pengen ngucapin:

Selamat Ulang Tahuuuun,
Bahrain Dwi Masitoh, S.Pd.

Eh, bener kan tulisannya begitu? Haha, kalau salah, benerin sendiri ya :P
Pokoknya selamat atas pencapaian hidupmu saat ini. Selamaaaat, selamat, selamaaat! *jabat-tangan*
Semoga barokah, manfaat dunia-akhirat. Semoga diberi kemudahan untuk urusan hidupmu kelak. Semoga didekatkan jodohnya, yang baik bagi dirimu dan orang-orang di sekitarmu. Semoga semakin solihah! Aaamiiiiiiin :*
Oya, doakan juga semoga aku bisa mengikuti jejakmu secepatnya. Maaf juga kalau banyak salah kata maupun laku, di manapun dan kapanpun. Semoga untaian doa darimu dan keikhlasanmu memaafkanku akan memudahkan jalan hidup kita berdua. Semoga. J
Akhir kata, alhamdulillahi robbil ‘alamin.
Wassalamu’alakum warahmatullahi wa barokaatuh.

Salam Rindu,
Ihya J