"Dan tak akan pernah kuceritakan rasa ini pada siapapun, selain Sang Maha Penyimpan Rahasia. Hanya aku dan Sang Maha Pemberi Rasa yang tahu dan paham perasaan ini sekarang. Mungkin bertahan dan mungkin pula akan musnah. Bahkan aku pun tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Tuhanku yang lebih tau tentang ini.
Yang aku rasa saat ini, aku menyukaimu. Lebih dari rasa yang pernah aku puja. Tanpa ragu, tanpa pertimbangan. Keyakinanku pada cinta ini mengantarkanku pada langkah hidup. Sebuah usaha penyetaraan antara aku dan kamu. Berbeda dari segala prasangka hati yang pernah terjadi, aku hanya yakin itu kamu. Meski penuh jeda, kembali aku menyentuh tuts-tuts namamu. Menyebutmu penuh harap agar Tuhan mengantarkanmu pada ayah-ibuku untuk, meminangku. Nanti.
Segala bayang masa depanku ada di kamu. Panah itu kembali ke arahmu. Aku tak meminta, hanya rasa ini yang mengarahkan. Kemudian aku tenang, yakin ada engkau di jalan jauh sana. Sungguh aku tak memalak Tuhan untuk memberikanmu padaku. Harapanku sama semu dengan takdirku, yang tak bisa sekalipun aku meramalnya. Ini urusan Tuhan. Sekali lagi, sungguh aku berpasrah kepada-Nya.
Kau tau apa yang terjadi ketika orang-orang menyebut namamu? Hanya "oh..", tanpa getar tanpa nanar. Rasa ini seakan sudah aus. Bukan lenyap, ini tentang kekebalan rasa. Jiwaku sudah tangguh mendengar namamu. Hanya satu yang membuatku cemas: orang lain tahu tentang perasaan ini. Plis, hanya aku dan Engkau yang tahu, Gusti. Kuatkan aku untuk bersabar tak menebar benih-benih rasa.
[Semacam EPILOG]--
Ketika sudah saatnya dan jika memang kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya cara lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan kamu, lagi. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkanmu untukku. Lalu kau akan tahu bahwa aku mencintaimu, jauh sebelum kau mencintaiku.
Atau,
Ketika sudah saatnya dan jika memang bukan kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya rahasia lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan dia. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkannya untukku. Lalu aku akan tahu bahwa dia mencintaiku, jauh sebelum aku mencintainya. Kemudian kau dan dia tak akan pernah tahu bahwa aku pernah mencintaimu.
Atau,
Ketika sudah saatnya dan jika memang bukan kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya rahasia lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan dia. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkannya untukku. Lalu aku akan tahu bahwa aku dan dia mulai saling mencintai pada detik yang sama. Kemudian kau dan dia tak akan pernah tahu bahwa aku pernah mencintaimu."
Tuhan tak akan pernah kehabisan cara istimewa untuk mempertemukan sepasang manusia, yang kemudian saling jatuh cinta.