Kejadian ini terjadi sekitar tiga setengah tahun yang lalu. Hal itu berarti bahwa saya masih duduk di bangku SMA, mungkin kelas 2 atau mungkin juga kelas 3.
Bagaimana Ceritanya?
Di sekolah saya, ada sebuah kegiatan yang diadakan setiap tahun untuk mengisi salah satu waktu liburan. Maklum, namanya juga pesantren yang hanya memperbolehkan santri-santrinya pulang kampung ketika libur lebaran dan libur ujian akhir. Jadi kegiatan ini merupakan salah satu solusi untuk mencegah para santri 'keluar' dari pesantren. It is outbond.
Waktu itu, saya adalah salah satu panitia yang turut serta melakukan 'pos survey' sebelum hari H. Saya menggunakan istilah pos survey karena kami bertugas menentukan titik-titik pemberhentian (POS) di lokasi sekitar jalur outbond. (Jalur yang digunakan sudah ditentukan beberapa panitia yang survey sebelumnya)
Pagi-pagi sekali kami bersiap dan mulai menelusuri jalan-jalan kecil di sekitar pesantren. Berjalan dengan santai, mulai memperhatikan sekitar, dan menimbang beberapa hal. Tempat ini bagus, tapi permainan macam apa yang bisa dilakukan di sini? - Waaah, tempat ini cocok sekali untuk bermain 'jaring laba-laba' - Sudah sampai sini tapi tidak ada lokasi yang bagus! - Jarak antarpos jangan terlalu jauuh - Bla, bla, bla, ... Akan tetapi, perjalanan sudah membuahkan hasil: kami menemukan tiga pos dari jumlah total delapan pos (ini sudah ples sama pos bayangan).
![]() |
Sumber gambar |
Sampai akhirnya,
Kami menemukan sebuah halaman luas milik seorang warga sekitar. Di sana saya melihat empat orang anak kecil; dua bocah perempuan dan dua bocah laki-laki. Saya mendekati bocah lelaki yang menurut saya paling ganteng (naluri wanita saya muncul, haha). Ia memakai kaus panjang Spiderman lengkap dengan 'sayap'nya. Ketika saya dekati, ia justru menghindar, lari. Tiba-tiba satu bocah perempuan mendekati saya. Kami berkenalan, tetapi sekarang saya lupa siapa namanya! :(
Mungkin merasa iri, bocah Spiderman itu mendekati saya. Saya mencoba berkenalan dan dia menyebut namanya, YUHUD. Atau mungkin Zuhud? Entahlah. Dari obrolan singkat itu, saya mengetahui bahwa mereka berdua berasal dari Kalimantan dan hanya sedang berkunjung ke rumah saudaranya di Jogja. Dua bocah yang lain itulah saudara mereka. Bocah Spiderman itu juga mengenalkan bahwa dirinya duduk di kelas 2 SD dan adiknya masih TK. Hingga akhirnya saya mengatakan bahwa, "Namaku Iyut. Aku tinggal di Pesantren seberang, dek. Besok pagi-pagi main kesana, ya? Tau 'kan?"
Karena saya sudah dipanggil teman-teman saya, karena saya bahkan sudah ditinggal oleh mereka, karena saya harus segera menyelesaikan tugas ini, karena saya harus sampai di pesantren secepatnya, karena saya memang harus pergi.
Pertemuan itu begitu cepat, karena memang hanya sebentar. Tetapi saya mengingatnya secara jelas, sampai saat ini. Karena adik Spiderman yang begitu polos itu, melakukan hal yang tidak saya (dan teman-teman saya) duga.
Kepolosan macam apa itu?
Keesokan hari setelah saya melakukan pos survey adalah hari H outbond. Saya bertugas menjaga pos terakhir, yaitu pos permainan yang kelima. Lokasinya memang tidak jauh dari pesantren, tetapi meninggalkan pos bukanlah ide yang bagus. Saya berjaga bersama salah seorang adik kelas saya. Oleh karena itulah, saya menjadi seseorang 'yang diikuti' dalam pos ini.
Tidak saya sangka, Zuhud dan adiknya 'memegang' erat kalimat saya sebelumnya itu:
"Namaku Iyut. Aku tinggal di Pesantren seberang, dek.
Besok pagi-pagi main kesana, ya? Tau 'kan?"
Ya. Sekitar pukul sembilan pagi, dia dan adiknya datang ke pesantren. Mereka menepati janji. Ketika memasuki gerbang pesantren, ia terpaku. Memandang ke sekitar dan mulai mencari wajah saya. Tiba-tiba seorang teman saya, yang kemarin juga mengikuti pos survey, mendekat.
Zuhud/Adiknya (ZA) : Mau nyari mbak Iyut..
Teman Saya (TS) : (Clingak-clinguk) Yaah. Mbak Iyut-nya nggak ada, dek.. Nunggu disini sebentar, ya? Barangkali bentar lagi dateng..
ZA : Iya,..
Zuhud dan adik perempuannya kemudian dipersilakan duduk oleh teman saya itu. Mereka manut. Teman saya juga tidak mungkin 'menjemput' saya, dia memiliki tugas sendiri di sana. Sama seperti saya.
Satu jam terlewat, saya belum ada kabar. Zuhud dan adiknya masih setia menunggu di sana. Teman saya memberi mereka dua bungkus roti outbond dan dua gelas air mineral sebagai pengalih perhatian. Setidaknya agar mereka tidak bosan menunggu.
Dua jam berlalu, mereka masih menunggu. Hingga akhirnya teman saya berkata, "Kalian pulang aja, gimana? Mbak Iyut belum datang sampai sekarang. Nanti aku sampaikan salam kalian untuknya. Pulang aja, ya? Kalo dicari Bapak-Ibu gimana?" Berkat itulah, mereka pulang. Tanpa bertemu dengan saya.
Sepulang dari 'tugas', saya mendapatkan cerita itu. Seketika mata saya berkaca-kaca, saya ingin menangis. Betapa Tuhan sudah berbaik hati memperkenalkan saya kepada bocah polos itu. Betapa bocah itu sungguh membuat saya selalu berkeinginan untuk bertemu dengannya sekali lagi. Betapa bocah itu sudah menjadikan saya merasa mempunyai adik. Betapa bocah itu selalu membuat saya berkaca-kaca ketika mengingatnya. Betapa bocah itu menjadikan outbond waktu itu adalah outbond terindah yang pernah saya lalui. Betapa bocah itu memberi pelajaran bahwa JANJI HARUS DITEPATI.
"Tuhan, perkenankanlah kami bertemu kembali. Untuk sekedar mengulang apa yang telah pupus oleh waktu."
Dan semoga kamu baik-baik di sana, Adik(ku).
MasyaAllah.... perlukah saya mengatakan bahwa betapa saya terharu membaca ini? TT__TT
BalasHapusJadi, apakah hingga kini Ihya bisa bertemu mereka? :(
Beluum, mas. :( Doakan saja, semoga kami bertemu kembali..
BalasHapus