11 Oktober 2014

OLX dan passion (?)

Meski mengalami kegagalan berulang dalam berjualan di OLX, nyatanya aku tetap bahagia; aku tetap berusaha. Ada suatu kenikmatan tersendiri; kepuasan yang didapat saat berhasil memunculkan sebuah iklan di sana dan menerima beberapa pesan respon atas iklan tersebut. Inikah yang disebut sebagai passion? Dalam batasan apa hal demikian bisa disebut sebagai passion?

Yoris dan beberapa penganut passionisme, menyatakan bahwa sesuatu yang dilakukan dengan senang, tanpa paksaan, meski melalui berbagai rintangan itulah yang disebut sebagai passion. Semenyakitkan apapun hasilnya, sesakit apapun halangannya, tak membuatmu menjadi rapuh. Justru itulah yang akan meningkatkan kreativitasmu untuk kembali mencoba dan terus mencoba.

Lalu, pada saat tepat manakah yang mempertemukan aku dengan passion-ku?

Aku tak bisa membayangkan kebahagiaan macam apa yang akan aku terima saat menyadari bahwa aku memiliki passion atas sesuatu…


I just wannna be free.

3 Oktober 2014

Curcol sambil lalu~

Hai, aku sedang mendekam di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta!
-berencana mengerjakan tugas yang bejibun.

Ternyata, menjadi mahasiswa pascasarjana memang tak mudah. Hari aktif kuliah sih tiga hari. Tapi kalau tugas seabrek gini tetap saja wajib 'berkunjung' ke kampus setiap hari. Meski gak sepenuhnya mengerjakan tugas xD

Kan bersilaturahim itu amat penting to? Ketika bertemu kawan di kampus, masak iya mau menghindari obrolan menarik dengan mereka? Haha, ngeles sih kalau ini.

Tak ada yang ingin aku sampaikan di postingan kali ini. Hanya mengeja kata untuk memacu ide saja. Tak perlu dibaca serius juga, ya.

and the last, see ya! :)

2 Oktober 2014

Tak Meredupkan Gemerlap Tuhan

Sembari menjalani waktu, aku berusaha merangkak, meraih gemerlap bintang yang semakin tinggi. Tak ada yang bisa kusesali dengan hidup di rumah mungil ini. Bukankah aku yang meminta pada Tuhan untuk selalu hidup sederhana?

Aku menyesal tanpa peluh. Bahkan hatiku tak juga memerah. Kata seorang teman, aku memucat. Kurang darah, tebaknya. Kalau kalian mengajakku untuk mengganas, aku anggap bahwa itu pun tak perlu. Hidupku sudah cukup indah untuk selalu menemui kebermaknaan. Tuhan yang menjalankan aku.

Sampai bintang itu berlari menjauh, aku masih saja di sini. Meratap tanpa pernah mengerjap. Tuhan selalu membiarkanku begitu. Meski semakin redup gemerlapnya, aku masih saja memercayai bahwa Tuhan mencintaiku dengan cara-Nya. Semoga.

Aku berkehendak kembali ke 'rumah'!

Halo, apa kabar 'rumah' kesekian-ku?
Bahkan aku lama tak menyentuh tuts keyboard dengan penuh rasa.
Sedemikianlah aku merindu; mencoba merangkai kata tanpa peduli asa.
Mungkin sepersekian detik kemudian kau akan melihat mataku berpeluh air mata~
Sungguh aku merindu!

Apa yang perlu aku lakukan saat kembali ke 'rumah'?

Haruskah aku berlari, memeluk, hingga bersimpuh di hadapannya;
menjelaskan segunung perjalanan kehidupan selama 'merantau';
menceritakan kepuasan-kepuasan nikmat Tuhan;
atau hanya bersedih menunduk sembari menepuk 'pundak'nya?
-yang barangkali 'rumah' itu juga merindukanku?

Sejatinya aku benar-benar memberimu pertanyaan,
maka sampaikanlah jawabanmu.

Saat ini aku sudah di:
Surakarta, 2 Oktober 2014.