2 Oktober 2014

Tak Meredupkan Gemerlap Tuhan

Sembari menjalani waktu, aku berusaha merangkak, meraih gemerlap bintang yang semakin tinggi. Tak ada yang bisa kusesali dengan hidup di rumah mungil ini. Bukankah aku yang meminta pada Tuhan untuk selalu hidup sederhana?

Aku menyesal tanpa peluh. Bahkan hatiku tak juga memerah. Kata seorang teman, aku memucat. Kurang darah, tebaknya. Kalau kalian mengajakku untuk mengganas, aku anggap bahwa itu pun tak perlu. Hidupku sudah cukup indah untuk selalu menemui kebermaknaan. Tuhan yang menjalankan aku.

Sampai bintang itu berlari menjauh, aku masih saja di sini. Meratap tanpa pernah mengerjap. Tuhan selalu membiarkanku begitu. Meski semakin redup gemerlapnya, aku masih saja memercayai bahwa Tuhan mencintaiku dengan cara-Nya. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar