27 Agustus 2011

Kompleks #2


Sudah baca postingan saya sebelumnya? Kalau belum, silakan cek! :)

Klik postingan di bawah ini, dengan judul Kompleks #1 atau cukup klik di sini.






Pare.
Aaah, terlalu banyak kenangan yang tertinggal di benak saya. Tentang female 3Global English, program, para teman dan tutor, perjalanan, dan banyak lagi. Sepertinya butuh space baru untuk itu. Jadi, saya hanya akan berbagi pengalaman mengenai perjalanan saya hingga bisa sampai di Pare. Simak baik-baik, ya. :D

Awalnya, saya memang sudah memiliki niat untuk pergi ke sana beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi, melalui berbagai pertimbangan, akhirnya saya gagalkan rencana itu. Ada beberapa pihak yang tidak menyetujui keberangkatan saya karena beberapa alasan yang saya kira masuk akal. Tetapi hal ini tidak menjadikan keinginan saya belajar di Pare menjadi pupus. Saya hanya menyimpannya baik-baik dan berharap keinginan itu akan terwujud. Hingga suatu ketika teman saya mengajak untuk pergi ke sana bersama-sama. Keinginan itu kembali muncul, menggebu-gebu. Saya siapkan hati terlebih dahulu setelah mendapat ijin dari kedua orang tua. Sembari menyiapkan hati, saya mencari info mengenai Pare. Dan saya mendapat kabar bahwa kebanyakan program di Pare dimulai pada tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Setelah menimbang, saya dan teman saya memutuskan akan mengambil program yang dimulai pada tanggal 10 Juli 2011.

Keputusan itu saya beritahukan kepada orang tua saya. Awalnya setuju, tetapi pada tanggal 21 Juni beliau memberikan petuah agar mengambil program yang dimulai pada tanggal 25 Juni. Hal ini disebabkan hari libur saya sebenarnya dimulai pada tanggal 24 Juni. Jadi, jika saya mengambil program yang dimulai pada tanggal 25, kemungkinan saya akan membolos dua hari karena masih dalam perjalanan. Selain itu, yang paling penting adalah saya dapat mengambil program selama 2 bulan karena tidak bentrok dengan lebaran. Alasan-alasan itu kemudian yang melandasi saya menjadi gelagapan mencari informasi tentang bisa-tidaknya saya mengambil program tanggal 25 Juni. Kesempatan untuk mendaftar tinggal 3 hari lagi. Beberapa waktu lalu saya sudah merasa tertarik dengan dua tempat kursus ini, yaitu Global English dan ... Setelah mencari nomor telepon kedua lembaga itu, yang pertama saya dapatkan adalah nomor milik Global English. Akhirnya saya hubungi nomor itu, dan mendapat informasi bahwa program tanggal 25 Juni sudah penuh.

Entah bahagia atau sedih, yang pasti saya merasa lebih lega daripada sebelumnya. Ya, saya sudah mendapat 'tempat' di sana. Setidaknya saya sudah aman. Oh ya, teman saya secara tiba-tiba membatalkan rencananya. Tanpa rasa ragu, saya yakinkan bahwa saya harus berani untuk mendatangi tempat asing itu sendirian. Saya percaya bahwa saya akan baik-baik saja di sana.

Saya sudah menyiapkan rencana perjalanan saya. Tanpa kembali ke Pekalongan, saya akan menuju ke Jombang, Pare, Kediri, dan terakhir adalah Pekalongan. Saya akan menetap sehari atau dua hari di Jawa Timur dan dua hari di Pekalongan. Teman-teman saya yang di Jombang dan Kediri sudah saya hubungi untuk membantu perjalanan saya. Tapi, apa hendak dikata, Bapak-Ibu tidak menyetujui hal itu. Keputusan final adalah, saya harus pulang! Saya tak akan bisa membantah jika Bapak-Ibu sudah berkata demikian. Mungkin saya tak akan se-saklek itu jika saya belum mengalaminya. Tapi kenyataannya adalah saya punya pengalaman tentang hal-hal semacam itu. Dan benar-benar, ridho Allah ada dalam ridhonya orangtua. Insya Allah, orangtua selalu mempunyai niat baik untuk putra-putrinya. :)

Pada hari yang telah ditentukan, saya berangkat ke Pare ditemani Bapak-Ibu saya. Lebih tepatnya, saya diantar. Saya tak mendapat ijin untuk berangkat ke Pare sendirian walaupun saya sudah meyakinkan beliau sedemikian rupa. Bapak-Ibu rela meluangkan waktunya untuk saya. Padahal Bapak tak paham dengan jelas bagaimana cara menuju ke Pare. Bapak hanya paham jalan dari Pekalongan ke Madiun, selebihnya hanya meraba. Oleh karena itulah, saya bertugas sebagai penunjuk jalan. Bukan berarti saya paham jalan, tetapi saya pemerhati rambu-rambu barangkali dapat dijadikan sebagai petunjuk. Salah satu keputusan Bapak yang menjadikan saya sedikit kesal adalah, Bapak tidak mau melewati Kediri. Bapak hanya mau lewat Jombang. Padahal ternyata setelah saya konfirmasi ke teman saya, jalan terdekat ke Pare adalah melewati Kediri. Alhasil, perjalanan kami 2 jam lebih lama dibanding seharusnya.

Kami sampai di Pare jam 19.00 WIB. Setelah melalui berbagai proses pendaftaran, akhirnya saya bisa merebahkan tubuh saya di tempat yang saya inginkan. Sip, keinginan saya untuk belajar di Pare akan terlaksana!

Pekalongan, tempat saya lahir dan meniti hidup untuk yang pertama kalinya. Tempat orangtua saya membina kehidupan sekian lamanya. Tempat putra-putrinya kembali dari tanah rantau. Tempat yang akan selalu saya kenang dan saya rindukan. Akibat rindu itulah saya merasa harus kembali ke Pekalongan setelah satu bulan lamanya hinggap di Pare. Tak hanya itu, ada alasan lain yang sebenarnya menjadi alasan utama saya untuk segera pulang. Tanggal 12 Agustus kakak saya datang dari Mesir setelah 4 tahun merantau. Saya ingin turut serta bersama keluarga untuk menjemputnya di bandara. Akhirnya saya putuskan untuk tetap pada pendirian saya satu bulan lalu: pulang.

Saya memang anak rumahan. Aktivitas saya di luar rumah hanya mungkin 2:8 saja. Setiap hari hanya menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang saya bisa lakukan di dalam rumah. Saya keluar hanya jika ada undangan, ajakan dari teman dan suruhan Ibu ataupun Bapak.

Ini ceritaku, apa ceritamu? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar