27 Agustus 2011

Kompleks #1

Lama sekali rasanya saya tak memencet tombol keyboard untuk menuliskan uneg-uneg saya. Tentunya sudah banyak sekali yang terlewatkan.

Dari mulai kisah tentang kehidupan saya di Jogja, Pare, hingga di kampung halaman.
Padahal banyak kejadian-kejadian heboh yang terjadi.
Jadi merasa rugi karena sudah membiarkannya pupus terbawa arus. Dan saat ini saya merasa berhutang pada diri saya, untuk segera menuangkannya menjadi paragraf-paragraf terbaik sehingga dapat menjadi dongeng bagi putraku kelak. #eeaa :D
Akan tetapi, lagi-lagi saya dihadang oleh pikiran saya sendiri. Bingung harus memulai dengan kata dari bagian yang mana..

Menimbang, memikirkan, dan akhirnya saya putuskan untuk menuliskan kisah saya secara runtut, tentu saja hanya yang saya anggap istimewa. Nah, kalau saya bilang 'secara runtut', maka kisah istimewa (bagi saya) ini akan saya mulai dari pengalaman saya di Jogja, Pare, dan terakhir Pekalongan. Bismillah, semoga bisa diangkat hikmahnya.
***






Jogja?
Berfikir lagi, karena saya rasa tak ada cerita yang indah untuk dibagi. Hanya seputar ujian, kosan, dan perasaan mengganjal yang ada sejak dulu. He, abstrak mungkin, ya? Tentang diksi 'perasaan mengganjal' yang memang memiliki banyak arti. Dan saya memilih diksi itu karena memiliki maksud yang abstrak. Bingung? Sudahlah, tak penting untuk diambil pusing. Oke, karena terlalu simpel, maka saya akan menjelaskan bagian-bagian penting yang ada.

Ujian Akhir Semester (UAS) kali ini memang sedikit berbeda. Apalagi hasil ujiannya. Entah karena kurang berdoa, atau kurang belajarnya. Yang pasti saya tahu bahwa salah satu penyebab konkrit turunnya IP adalah mata kuliah 4 sks yang bernilai lebih rendah dibanding mata kuliah yang ber-sks lebih sedikit. Mata kuliah Metode Penelitian memiliki 4 sks yang berarti menjadi 8 sks karena ada dua mata kuliah yang berjudul itu, yaitu Metode Penelitian Bahasa dan Metode Penelitian Sastra. Nah, kedua mata kuliah itulah salah satu faktor penyebab turunnya IP.
Saya akui bahwa saya memang sedikit memiliki kelemahan di bidang itu. Padahal saya sudah berusaha mati-matian mengerjakan ujian kala itu dan saya sudah merasa puas atas hasil kerja keras saya. Nyatanya, tidak seperti yang saya bayangkan. Mungkin karena aktivitas di kelas yang memang saya lebih banyak diam dibanding menyahut pertanyaan-pertanyaan dari sang dosen? Ah, tidak terlalu pendiam juga. Beberapa kali saya sanggup menjawabnya. Tugas-tugas yang diberikan telah saya kerjakan secara baik. Memang bukan baik sekali. Hanya secara baik tanpa imbuhan kata 'sekali'. Ah, terserah-lah. Sudah Alhamdulillah saya tidak harus mengulang. Terimakasih atas ilmunya, Pak. Mungkin Tuhan memang memberi saya motivasi untuk terus belajar melalui hal ini. :)

Yey, kakak saya memang baik hati. Dia telah rela meluangkan waktunya untuk membersihkan kamar guna mengecatnya. Sudah 2 tahun kamar cantik itu tidak dicat. Padahal kami, pengekos, mendapat jatah cat kamar ples jasa mengecatnya setidaknya satu tahun sekali. He, sebenarnya tidak satu tahun sekali, sih. Tapi kamar kos akan dicat ketika berganti penghuni. Dan ketika saya menempati kamar itu untuk pertama kalinya, kamar saya belum menerima jatah itu. Nah oleh sebab itulaaah.. Berkat kebaikan hati kakak saya, akhirnya kamar saya menjadi lebih cantik dari sebelumnya. Dengan warna hijau yang saya pun belum tau hijau yang seperti apa. Maklum, sudah lama saya tidak mengunjungi Jogja. Dan semoga kamar saya memang lebih cantik!

Tentang perasaan mengganjal saya tak usah diceritakan di sini, ya. Terlalu kompleks. And that's my privacy! Haha. :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar