Menurut Gray (2004:60) dalam buku Children Are from Heaven:
Ada empat watak yang berbeda. Adakalanya salah satu watak itu lebih menonjol daripada yang lain. Hal ini bukan berarti pemilik watak itu lebih baik daripada yang tidak memiliki watak yang menonjol dalam dirinya. Karena sesungguhnya tidak ada watak yang lebih baik atau lebih buruk daripada lainnya, hannya BERBEDA.
Keempat watak itu adalah sebagai berikut.
a. Seorang yang sensitif butuh untuk didengar dan dimengerti
b. Seorang yang responsif butuh pengalihan perhatian dan bimbingan
c. Seorang yang reseptif butuh upacara dan irama
d. Seorang yang aktif butuh persiapan dan kerangka
Saya bukan peramal. Saya juga bukan psikolog. Oleh karena itu, saya tidak bisa menjelaskan hal itu sepenuhnya. Saya hanya akan memberi gambaran sedikit melalui pengalaman kehidupan yang terjadi di keluarga saya dan lingkungan sekitar saya. Saya akan menjadi seorang yang sok tahu untuk sementara.
Ketika membaca bagian watak 'sensitif' dalam buku itu, seketika muncul gambaran seorang teman dalam benak saya. Sebut saja Ar. Coba suruh dia membantu apapun yang kamu mau, maka ia akan membantumu dengan senang hati. Seorang yang perasa dan mampu menjadi pengasuh yang baik. Akan tetapi, ia juga seorang yang mudah mengeluh. Ia akan mengeluhkan apapun yang dirasakan kepada seorang yang dirasa dekat dengannya. Bukan berarti hal ini salah, mengeluh adalah bentuk reaksi perasaannya terhadap kehidupan. Ia juga butuh bantuan untuk mendekatkannya kepada orang lain, karena tidak mudah baginya untuk membentuk hubungan baru.
"Kau tidak hidup sendiri, Ar. Dan kau bukanlah satu-satunya orang yang menderita. Tetap semangat berjuang untuk hidup, ya!"
Watak responsif ada dalam watak kakak (bc: mbak) saya. Sebut saja D. Ia seorang yang senang berjelajah sebagai bentuk reaksinya terhadap aneka pengalaman hidup. Imajinasinya tinggi, sehingga ia butuh bacaan untuk mengembangkannya. Minatnya terhadap bacaan memang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku yang sudah dilahapnya, yang kadang juga membuat saya heran. Hm, betapa hebatnya! Pengakuan jujur saya selanjutnya, ia seorang yang sosial, ramah, dan tidak menyimpan dendam. Akan tetapi, ia bukan seorang yang tertib! :D
"Jalan-jalan yuk, mbak. Haha"
Watak reseptif? Tidak ada gambaran siapapun dalam benak saya. Bahkan saya melihat diri saya di sana. Saya seorang pemerhati. Jangan beri pertanyaan tentang apa yang harus saya lakukan, pikirkan, atau inginkan. Saya akan mengamati dunia dan melakukan hal yang sesuai dengan pengamatan saya. Lebih baik bagi saya untuk melakukan hal yang biasa saya lakukan daripada terlibat dalam sebuah perubahan yang belum pernah diamati. Berbeda dengan watak responsif, watak saya ini memiliki kebutuhan untuk tertib. Harus tertib, apapun itu.
"Terus amati hidup ini dan lakukan!"
Berkali-kali saya membaca tentang watak terakhir, tetapi tidak sekalipun saya mendapat gambaran seseorang. Mungkin karena watak itu jauh dari watak saya, sehingga saya sulit untuk 'bergabung' dengan orang-orang macam itu. Memang saya akui bahwa watak sensitif ataupun responsif, sedikit-banyak terdapat dalam diri saya. Hanya saja tidak sebanyak watak reseptif. Oleh karena itu, saya lebih mengakui bahwa saya memiliki watak reseptif. Nah, untuk watak aktif, sesuai dengan namanya, dimiliki oleh orang-orang aktif. Mereka tidak terlalu tertarik dengan reaksi batin, tetapi pengaruh. Pengaruh yang timbul akibat dirinya menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Oleh karena itu, pengakuan-lah yang dibutuhkannya. Ia akan sangat bangga menjadi bagian dari pemenang.
Mari berlatih menerima perbedaan, karena sebenarnya berbeda itu 'indah'. Dan mari buang pikiran tentang ke-selaluBENAR-an pendapat kita. Sesungguhnya pendapat yang BAIK itu tidak selalu BENAR. Dan pendapat yang BENAR tidak selalu BAIK. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar