3 September 2013

Celoteh 'Kerupuk'

*Malam tadi, saya tidak sengaja membuka-buka file di laptop. Niatnya sih, untuk mencari beberapa hasil kerja. Namun, tak disangka tulisan ini muncul di antara sekian banyak 'simpanan'. Maka, kuputuskan untuk mem-publish-nya di blog. Bukan apa-apa, hanya berniat menjaga supaya tidak punah. Hehe. 
Siapa sangka kerupuk menjadi makanan (kesukaan) saya dan beberapa pecinta lainnya? Kerupuk yang tidak baik bagi kesehatan, kerupuk yang hanya begitu-begitu saja, kerupuk yang memang tidak terlihat istimewa, kerupuk yang murahan, dan berbagai statement buruk lain yang bisa dilontarkan untuk makanan macam kerupuk. Akan tetapi, walaupun ada seratus macam statement seperti itu, saya tidak yakin akan menyurutkan niat saya untuk makan kerupuk.
Bagi saya, kerupuk menjadi salah satu ‘sumber’ rasa makanan. Pernah merasakan makanan hambar ‘kan? Nah, makanan hambar akan menjadi sangat nikmat ketika dikombinasikan dengan kerupuk. Itulah alasan utama saya untuk selalu menyediakan kerupuk di ‘meja makan’.
Menurut KBBI, kerupuk adalah makanan yang dibuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat cetak dijemur agar mudah digoreng. Dan saya tidak menyangka bahwa kata kerupuk itu berhomonim. Masih merujuk ke KBBI, arti kedua untuk kata kerupuk adalah kebingungan; tergopoh-gopoh; gugup. Lalu, apa hubungannya antara arti pertama dan kedua itu?
Saya berniat ‘iseng’ untuk menarik benang merah antara keduanya. Walaupun saya tahu bahwa kata yang berhomonim itu wajar jika memiliki arti yang jauh berbeda. Seperti kata bisa yang saya yakin antara arti pertama, ‘dapat’ dan arti kedua, ‘racun’ itu lebih sulit dicari titik temunya.
Berdasar pengalaman saya yang juga sudah saya ceritakan sebelumnya, salah satu alasan utama saya makan kerupuk adalah penambah rasa. Saya tidak pandai mengira-ngira seberapa banyak saya harus menambahkan garam, kecap, merica, dan semacamnya dalam makanan saya. Saya adalah orang yang terima jadi. Nah, untuk mengatasi kebimbangan saya dalam masalah rasa makanan, kerupuk menjadi salah satu jalan keluarnya.

Mungkin itulah garis penghubung antara kerupuk satu dan dua bagi saya. Kebingungan, tergopoh-gopoh, gugup akan rasa makanan membuat saya harus lari ke penambah rasa yang dibuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan. Begitu pula yang saya lakukan saat ini: kebingungan akan tema tulisan menjadikan saya harus berbicara tentang kerupuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar