Malam tadi aku bermimpi tentang seseorang yang pernah aku kagumi. Bukan karena ia bijaksana atau hal lain yang juga membuatku kagum dengan orang lain selain dia, tetapi sebab ia adalah barisan pertama yang memberiku harapan. Barisan pertama teman-temanku yang memberiku perhatian. Sebab ia lelaki, maka aku tak patut pula memberi perhatian amat lebih kecuali benar-benar aku menginginkan hidupnya ada padaku. Ini komitmenku, tak perlu disanggah siapapun.
Kemudian saat aku terbangun, aku sadar bahwa mungkin ini adalah barisan hayalanku yang belum terwujud. Maka aku tersenyum, Tuhan mengabulkannya melalui mimpi. Ia bukan muhrimku, maka aku tak boleh berjalan hanya berdua bersamanya. Kecuali dalam mimpi, bukan? :D
Kalau kata orang mimpi adalah alam bawah sadar, maka entah mimpi ini apa artinya. Aku memang baru saja bertemu dengannya secara nyata, dan ia kembali berhasil membuatku melongo atas sikapnya. Suatu kali waktu itu, ia berkata akan menemuiku; mengajakku berjalan-jalan untuk sekedar melepas penat pembelenggu hidup.
Dan (kalau boleh dikatakan sebagai) janji-nya itu, terlaksana malam tadi
lewat mimpi.
Maka, aku akan menganggap janjinya telah lunas sehingga aku tak perlu merengek untuk hal tak penting itu. Allah yang telah menuntaskan janji. Sebab akan ada sederet rasa bersalah jika memang pada akhirnya aku harus pergi berdua bersamanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar