Celetukan temen, "yaudalah mbak, mau sampai kapan? Mbak udah gede, harus punya target menikah. Buka dirilah! Masak iya mbak mau, nikah di umur yang berlebih?"
Sederhana, tapi nusuk.
Bukannya aku ga mikir tentang nikah, jodoh, calon suami, calon pacar, calon pasangan, lelaki -apapunlah istilah tetek bengek tentang itu.
Beberapa waktu lalu, aku dikenalkan dengan seseorang. Sebut saja ini dengan aktivitas: rencana perjodohan. Namun entah mengapa, meski aku sudah memikirkan segala hal tentang itu, nyatanya aku belum merasa siap. Ketika pria kenalan itu menghubungiku, menemuiku, dan berbasa-basi; aku merasa jengah. Antara bosan dan gak nyaman. Padahal beberapa saat sebelum aku mengenalnya, aku telah mengutarakan keinginan menikah-ku pada beberapa kawan dekat. Tidak ngotot, tidak pula lunglai. Hanya berucap, "iya, aku pengen nikah" sesekali, seperti yang dilakukan banyak wanita di usia 20-an. Lalu entah mengapa ketika saatnya nyaris mendekat, aku justru menjauh.
Aku percaya lelaki sang jodoh akan memberikan keyakinan penuh pada hati, bahwa ia memang telah dipilihkan-Nya untukku. Dan ini yang tidak aku dapat di pria tersebut. Bukan. Bukan karena ia memperlakukanku dengan buruk. Justru pria itu adalah lelaki baik, pintar, cerdas, bijak, tangguh, pemberani, ramah, sesekali humoris, islami, dan bisa jadi juga menjadi pujaan banyak wanita. Tapi bila rasa yakin itu tak muncul dalam hati, untuk apa aku melanjutkan perjodohan ini? Maka bismillah, kubatalkan, kurenggangkan hubunganku dengannya. Meski aku terus berharap, semoga jalinan silaturahmi kami tetap terjaga.
Semakin hari, pikirku semakin tak keruan. Berbagai cara menghilangkannya, berbagai cara pula ia kembali. Aku berulang kali terpikir, persis seperti yang temanku bilang. Hiks, rencana untukku membuka diri pada pria sepertinya memang belum berhasil. Meski harus kuakui, usahaku ini sedikit banyak telah menunjukkan peningkatan. Ya, mungkin belum saatnya dan barangkali aku memang harus berusaha lebih keras.
Ogahlah ya, menikah di umur yang sudah berlebih? Gak kebayang dengan omongan orang-orang. Toh aku juga ga yakin dengan diriku kelak. Sekarang saja rasanya sudah pengen ditemani, ditunggui. Apalagi beberapa tahun kemudian, ya?
Maka mimpiku, menikah di usia 25 tahun. Itu artinya, aku punya waktu sekitar satu setengah tahun lagi untuk menemukan lelaki pilihan-Nya. Bismillah, semoga kita semua didekatkan dengan jodoh terbaik kita masing-masing ya. Aamiin :)