8 Desember 2013

Esok, Aku (dan Kamu) Akan Terus Berjalan


Ini bukan perjalanan pertamaku. Entah yang keberapa kalinya, yang pasti perjalanan itu masih saaangat panjang.


Suatu ketika, aku melihat jalur pertama, terlihat cantik mempesona. Tak perlu kau tengok lebih dalam, jalanan itu sangat meyakinkan yang melihatnya: bahwa kita akan dibawa dalam perjalanan indah penuh rasa. Bebukitan dan hamparan hijau alam permai mungkin akan menjadi pemandangan duniawi yang sempurna. Jadi, aku memilih ini tanpa perlu banyak pertimbangan.

... Namun sebentar, aku melihat jalur lain yang sepertinya juga menyenangkan.

Kunamakan ini sebagai jalur kedua. Tak lebih cantik dari jalur sebelumnya. Llihatlah, berbagai jenis tumbuhan ada di sana. Ketika kau dilanda lapar suatu waktu, akan dengan sangat mudahnya kau memilih satu di antara tumbuhan itu untuk kau makan. Danau membentang di pinggiran jalan itu sepertinya juga sangat ampuh untuk melawan haus. Aku berfikir ulang, bagaimana akan kuatasi rasa lapar dan dahaga jika aku memilih jalur pertama? Maka aku memilih jalur kedua.

Tak lama aku melangkah, tiba-tiba aku dikagetkan oleh permadani hijau kekuning-kuningan. Terdapat pula di tengahnya sebuah jalur panjang. Saaaaangat panjang, sepertinya. Namun, terlihat pula di dalamnya ada beribu permata. Cantik, menyala-nyala. Tak ada kecantikan yang melebihi kilau permata itu. Aku termangu, menatap paparan cahaya yang terpancar. Jika dijual, satu butir saja mungkin akan cukup untuk membeli rumah. Bayangkan, jika aku dapat membawa pulang 10 butir saja, akan berapa banyak rumah yang kupunya? Lalu, kusebut ini sebagai jalur ketiga.

Perjalananku akan berlanjut terjadi tiga hari kemudian dan aku harus memilih salah satu diantara tiga jalur itu. Entah dugaan-dugaan yang kusampaikan itu benar atau tidak. Aku hanya meraba, mempertimbangkan apa-apa yang ada di sepanjang jalur itu melalui penglihatan pertama. Bukankah sebuah jalur itu memiliki kelokan? Dan aku tak akan pernah bisa melihatnya, kecuali aku telah melewatinya.

Jika kau adalah aku, jalan mana yang akan kau pilih? Mungkin aku perlu mempertimbangkan beberapa alasan terbaikmu. Kemudian, mari kita berjalan bersama. Semoga jalan yang kita pilih ini, BENAR.

:')

19 November 2013

Tuhan (Masih Berada) di Antara Kita

"Dan tak akan pernah kuceritakan rasa ini pada siapapun, selain Sang Maha Penyimpan Rahasia. Hanya aku dan Sang Maha Pemberi Rasa yang tahu dan paham perasaan ini sekarang. Mungkin bertahan dan mungkin pula akan musnah. Bahkan aku pun tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Tuhanku yang lebih tau tentang ini.
Yang aku rasa saat ini, aku menyukaimu. Lebih dari rasa yang pernah aku puja. Tanpa ragu, tanpa pertimbangan. Keyakinanku pada cinta ini mengantarkanku pada langkah hidup. Sebuah usaha penyetaraan antara aku dan kamu. Berbeda dari segala prasangka hati yang pernah terjadi, aku hanya yakin itu kamu. Meski penuh jeda, kembali aku menyentuh tuts-tuts namamu. Menyebutmu penuh harap agar Tuhan mengantarkanmu pada ayah-ibuku untuk, meminangku. Nanti.
Segala bayang masa depanku ada di kamu. Panah itu kembali ke arahmu. Aku tak meminta, hanya rasa ini yang mengarahkan. Kemudian aku tenang, yakin ada engkau di jalan jauh sana. Sungguh aku tak memalak Tuhan untuk memberikanmu padaku. Harapanku sama semu dengan takdirku, yang tak bisa sekalipun aku meramalnya. Ini urusan Tuhan. Sekali lagi, sungguh aku berpasrah kepada-Nya.
Kau tau apa yang terjadi ketika orang-orang menyebut namamu? Hanya "oh..", tanpa getar tanpa nanar. Rasa ini seakan sudah aus. Bukan lenyap, ini tentang kekebalan rasa. Jiwaku sudah tangguh mendengar namamu. Hanya satu yang membuatku cemas: orang lain tahu tentang perasaan ini. Plis, hanya aku dan Engkau yang tahu, Gusti. Kuatkan aku untuk bersabar tak menebar benih-benih rasa.

upload

 [Semacam EPILOG]--
Ketika sudah saatnya dan jika memang kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya cara lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan kamu, lagi. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkanmu untukku. Lalu kau akan tahu bahwa aku mencintaimu, jauh sebelum kau mencintaiku.
Atau,

Ketika sudah saatnya dan jika memang bukan kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya rahasia lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan dia. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkannya untukku. Lalu aku akan tahu bahwa dia mencintaiku, jauh sebelum aku mencintainya. Kemudian kau dan dia tak akan pernah tahu bahwa aku pernah mencintaimu.
Atau,

Ketika sudah saatnya dan jika memang bukan kamu yang diinginkan-Nya untukku, Tuhan pasti punya rahasia lebih indah dari yang kita kira. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana Ia akan mempertemukanku dan dia. Pasti istimewa, lebih istimewa dari praduga kita. Maka aku lebih memilih menunggu. Menanti waktu hingga Tuhan memilihkannya untukku. Lalu aku akan tahu bahwa aku dan dia mulai saling mencintai pada detik yang sama. Kemudian kau dan dia tak akan pernah tahu bahwa aku pernah mencintaimu."


Tuhan tak akan pernah kehabisan cara istimewa untuk mempertemukan sepasang manusia, yang kemudian saling jatuh cinta.

8 November 2013

[Project] Tentang #TulisSurat


Mengapa #TulisSurat?
#TulisSurat, seperti kita ketahui bersama, terdiri atas dua kata; tulis dan surat. Berawal dari keinginan berkirim surat kepada seseorang, terciptalah project #TulisSurat ini. Hanya saja, sampai sekarang belum terkonsep dengan baik.

Memang, bagaimana konsep awal #TulisSurat?
Sederhana. Hanya menulis, lalu kirimkan surat kepada seseorang melalui pos. Boleh bertanya kabar, sebagai pengantar di dalam kado, atau lainnya. Bisa diketik ataupun tulis tangan.

Sejak kapan project #TulisSurat ini muncul?
Hmm, kalau tidak salah ingat, akhir Oktober 2013. Hingga 08 November 2013 ini, sudah dua surat yang saya kirim. Surat pertama dirahasiakan dan surat kedua bisa dibaca di sini.

Apa harapan yang ditanamkan dalam project ini?
Meski awalnya 'main-main', saya ingin project ini berkembang meluas. Ini project sederhana, tapi saya yakin impact-nya luar biasa. Apalagi kita kirimkan surat-surat ini kepada sahabat-sahabat jauh yang tidak lagi bisa dijangkau dengan sinyal. Kita juga bisa mengirimkan kepada orang-orang yang tidak kita kenal, untuk menjalin pertemanan baik dengan mereka. Dengan #TulisSurat ini, tak hanya orang pinggiran yang bisa kita jangkau. Para pembesar di depan sana juga bisa kita rangkul. Semoga.

Lalu, apa langkah selanjutnya untuk project #TulisSurat?
Saya tak bisa bekerja sendiri. Oleh karenanya, saya butuh orang-orang yang mau turut serta menyukseskan project ini. Bisa menyebarluaskan via online atau bahkan ikut menulis dengan mencantumkan tagar #TulisSurat di setiap suratnya.

Bagaimana untuk menjadi bagian dari project #TulisSurat?
#TulisSurat untuk saya. Mari kita menjalin pertemanan. Untuk mendapatkan alamat pos saya, sila kirim pesan ke 087-838-208-166.

Salam Surat! :)

Gambar diambil dari sini

6 November 2013

(Masih) Mencintai dengan Sederhana

YEYEYELALALA~

Tambah tua, umurku tambah tua. Dua puluh dua, oh dua puluh dua. Tapi tetap, aku dan mereka mencintai (-ku) dengan sederhana. #apasih :D

Tak perlu bermuluk-muluk mencintai seseorang. Ungkapan cinta tak selalu tentang materi 'kan? Ini buktinya. I was very happy when she posting on her blog. Thank you~ :*


Just it.
Apa yang membuatmu senang, coba berikan kepada orang lain. Sederhana, bukan?

Tidak. Aku tidak sedang berharap pemberian orang lain. Tapi, inilah yang sedang aku usahakan. Mencintai orang lain dengan sederhana. Cukup memberi apa yang kita sukai, bukan memberi apa yang tidak kita butuhkan. Semoga kita diberikan rasa ikhlas untuk menjalaninya :)

*terima kasihku untukmu (sekalian), yang mencintaiku dengan sederhana.

4 November 2013

Untuk Ken

Bulan purnama. Bayangan Ken semakin sulit kulihat. Hanya kecantikan cahaya yang menerangi bumi. Tanpa Ken. Tanpa kamu, Ken.

Suara merdu tapak kakimu juga semakin sulit kudengar. Meski tanpa kebisingan. Ah, benar. Malam purnama ini mengheningkan ragaku. Kau pulang tanpa kata sayang!

-Jedi.

1 November 2013

[Project] #TulisSurat Kedua

Tentang project #TulisSurat, bisa dibaca di sini. Ini merupakan surat kedua dari project tersebut. Surat pertama, dirahasiakan. Hehe.

--Surat ini saya tujukan kepada sahabat (kecil) saya di Pekalongan. Lahir pada tanggal 5 November 1991, tepat satu hari sebelum saya.
____________________________________________________________________________

#TulisSurat Kedua: Jogja, 1 November 2013.

Kata pertama yang ingin aku ucapkan sebelum semuanya: memanggil namamu!
BAAHRAAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIIIINN
*HOSH, HOSH, HOSH* Bismillahirrohmaaanirrohiim.
Assalamu’alaikuuuum...
Haloooo. Appaaa kabbaaarr teman (masa) kecilkuuuuu? :”
Kabarku, alhamdulillah masih diberi beban dalam mengerjakan skripsi. Itu artinya, aku masih punya rasa tanggung jawab untuk meluluskan diriku sendiri. Haha, coba kalau tidak? Mungkin aku akan memutuskan untuk menjadi mahasiswa abadi (Na’udzubillaaaaaah >,<)
Sebelum aku menerocos banyak hal, aku ingin menegaskan bahwa ini adalah surat. Bukan sekedar kartu ucapan atau sejenisnya yang didesain dengan sedikit tulisan. Sekali lagi, ini surat yang mengandung kalimat lebih banyak dari kartu ucapan lainnya.
Sedikit bercerita, aku sesungguhnya rindu menulis surat. Untuk siapapun, dalam hal apapun. Proyek ini aku namakan #TulisSurat. Makanya, jangan heran kalau di kertas ini, di kanan atas, ada tulisan tersebut. Karena ini adalah tulisan dalam bentuk surat-ku yang kedua; surat sebelumnya sudah aku kirim dan diterima oleh ‘yang berhak’. Haha. Oleh karenanya, setelah tanda proyek #TulisSurat di atas itu, aku beri kata kedua J Itu artinya, kamu orang kedua yang aku kirimi surat, Reeeen. Selamat yaaaaa. Hahahahaha, emang bahagia? :p
Btw, sebenernya sampai sekarang aku masih bingung bagaimana aku harus memanggilmu: Rain, Ren, atau justru Yen? Kau lebih suka yang mana? Jujur! :D
Hh, tak terasa lebih dari 10 tahun kita berteman ya? Dari mulai nyepeda bareng, jajan bareng, dolan bareng, bandel bareng, daaaaaan berbagai hal lain yang bareng-bareng. Oya, curhat bareng! Haha. Piye kamu? Sekarang sama siapa? Jadi rindu bergosip ria sama kamu :* Pokoknya besok kalau aku pulang ke Pekalongan, kita kudu jalan-jalan! Sebelum masing-masing dari kita menikah, kudu menggila sek. Hahahahaha. Trus kamu juga harus cerita tentang pasanganmu itu, lengkap tanpa jeda. Oke mbak Bro? Sip.
Aku gak tahu surat ini bakal sampai di tanganmu tanggal berapa. Yang pasti sebenarnya aku pengen banget kalau surat ini kamu buka di tanggal bahagiamu. Satu hari sebelum tanggal bahagiaku. Nah, ini yang paling aku inget sampai sekarang ketika tanggal bahagiaku tiba. Kamu juga sedang berbahagia di tempatmu sana –satu hari sebelumnya. Lucu rasanya, jika kita bisa merayakannya bersama-sama. Aku – kamu. Ulang tahun bareng, berpesta bareng. Yok, kapan-kapan. Semoga tahun depan kita masih dipersilakan melakukan yang sedemikian itu, ya. Amin.
Hah, akhirnya. Sampai juga di kertas berikutnya. Nyerocosku sudah banyak banget. Kalau kamu mau, boleh lho, bales surat ini. Pakai tagar #TulisSurat seperti di atas itu. Itung-itung bernostalgia dengan kata dan kertas, bukan lagi surat digital semacam e-mail, sms, atau bahkan bbm-whatsapp. Ini gak wajib, gak sunnah, gak makruh, juga gak haram. Hehe.
Sebelum kuakhiri surat ini, aku pengen ngucapin:

Selamat Ulang Tahuuuun,
Bahrain Dwi Masitoh, S.Pd.

Eh, bener kan tulisannya begitu? Haha, kalau salah, benerin sendiri ya :P
Pokoknya selamat atas pencapaian hidupmu saat ini. Selamaaaat, selamat, selamaaat! *jabat-tangan*
Semoga barokah, manfaat dunia-akhirat. Semoga diberi kemudahan untuk urusan hidupmu kelak. Semoga didekatkan jodohnya, yang baik bagi dirimu dan orang-orang di sekitarmu. Semoga semakin solihah! Aaamiiiiiiin :*
Oya, doakan juga semoga aku bisa mengikuti jejakmu secepatnya. Maaf juga kalau banyak salah kata maupun laku, di manapun dan kapanpun. Semoga untaian doa darimu dan keikhlasanmu memaafkanku akan memudahkan jalan hidup kita berdua. Semoga. J
Akhir kata, alhamdulillahi robbil ‘alamin.
Wassalamu’alakum warahmatullahi wa barokaatuh.

Salam Rindu,
Ihya J

22 Oktober 2013

Nyanyian Rindu

Merindu Rasul-Mu.
Mengapa tak pernah terkibas dalam benak?
Santun perangainya telah menjajah kalbu!

Tidakkah Tuhan kami menyadari yang tak tersadari kami?
Membayang junjungan-Nya,
menebar nyanyian syahdu salawat atasnya
beriring tetesan air; menggemericikkan bumi.

Syahdu. Merindu Rasul-Mu.

17 September 2013

[Falifal] Akhirnya, Kau Genggam Mimpimu!

Hari Kamis, 5 September 2013 pukul 07.45 WIB. Dering handphone-ku berbunyi. SMS masuk. Tertera dalam layar, nama sang pengirim: Gongsin Ifal Bu Wulan.

*Bukan, sesungguhnya bukan itu nama lengkapnya. Ya biasalah, untuk memudahkan pengelompokan kontak di hape, maka kubuatlah nama seperti itu. Gabungan antara Gongsin - Ifal - Bu Wulan. Gongsin, merupakan nama lembaga bimbingan belajar; Ifal, adalah nama anak kelas XII SMA yang ku(h)ajar; dan Bu Wulan adalah nama Ibunya. Nah, nama seharusnya adalah: Bu Wulan.*

Begini isi SMS-nya:
Ass.mbk2 Alhamdulillah ifal hr ini peng STAN di trima ,kami sekelrga trimakasih byk atas doa ,bimbingan, dukungan mbk2 semua. Semoga menjd amal ibadah mb2 sekalian

Sederhana. Poinnya: Ifal diterima di STAN!
Sungguh, aku menjerit seketika membaca SMS itu. Alhamdulillaah.

Usahamu berbuah manis, Fal. Gak sia-sia kan, 'kunci jawaban'-ku waktu itu? :p
Ah, sayangnya gak bakal ada latihan nge-drum gratis! Haha. Sip-lah pokoknya, baik-baik di sana ya. Oya, bandel itu tetep perlu kok Fal. Perlu, untuk menaklukkan dunia :)

Edisi [Falifal] lainnya:
Bukti Kelulusan Tes Tulis STAN 2013

3 September 2013

Menghilangkan 'Aku' dari Jiwaku

*Malam tadi, saya tidak sengaja membuka-buka file di laptop. Niatnya sih, untuk mencari beberapa hasil kerja. Namun, tak disangka tulisan ini muncul di antara sekian banyak 'simpanan'. Maka, kuputuskan untuk mem-publish-nya di blog. Bukan apa-apa, hanya berniat menjaganya supaya tidak punah. Hehe

Aku duduk termenung di bibir ranjang. Memikirkan sesuatu hal yang tidak terlalu aku pahami. Waktu itu umurku masih sekitar 4 tahun, tetapi pikiranku sudah terlampau hingga ke sana. Sesekali aku mengabaikan pikiran-pikiran itu. Aku terlalu takut untuk mengingatnya. Membuangnya jauh-jauh hingga saat itu tiba lagi.
Tak berapa lama Ibu dan Bapak datang ke kamar. Kami selalu tidur bersama. Seperti biasa, aku menempatkan diriku di ranjang bagian tengah, diantara Bapak dan Ibu. Sudah satu jam lamanya mataku belum juga terlelap. Aku terganggu. Terganggu dengan suara-suara itu. Aku terganggu oleh diriku sendiri. Aku terganggu oleh barang-barang di sekitarku. Aku terganggu oleh semuanya. Segala hal yang ada disampingku, kecuali tubuh Bapak Ibuku.
Malam ini adalah malam kesekian kalinya aku merasakan hal ini. Ketika Bapak Ibu sudah terlelap, aku masih terjaga. Menahan telingaku untuk tidak mendengar suara-suara menyeramkan itu. Menguasai diri untuk bisa melepas kejahatan yang menyerang jiwaku. Menutup mata kencang-kencang agar aku tak melihat sesuatu yang menakutkan, walaupun sebenarnya aku tak pernah melihatnya.
Aku tak pernah menceritakan kisah ini pada siapapun, termasuk Bapak Ibu. Kala itu aku sudah tahu bahwa ini adalah sesuatu yang tidak wajar. Sesuatu yang tidak wajar akan menjadikan Bapak Ibu tidak mudah mempercayainya. Aku tak mau dikira mengada-ada. Dan aku meyakinkan diri bahwa aku bisa menghadapinya.
Kejadian ini tak hanya menyerangku ketika aku beranjak tidur. Bahkan tak jarang ia mendatangiku saat aku jatuh sakit. Semakin parah sakit panasku, maka semakin parah pula kelakuannya. Mendatangiku setiap saat, setiap waktu. Tak peduli aku sedang bersama siapa. Ia hadir secara tiba-tiba, mengganggu jiwaku. Ah, entah apa maksudnya. Yang kutahu dia hanya bisa mengganggu. Tak pernah sekalipun membantu ataupun menghiburku.
Mereka adalah pericuh kebahagiaan masa kecilku. Mereka membuat diriku menjadi cengeng, pendiam, dan selalu merasa takut terhadap siapapun. Termasuk saudara-saudaraku. Aku tak pernah mau digendong selain Ibu dan pembantuku. Aku selalu menangis jika ditinggal oleh Ibu dan Bapak. Aku harus ditemani, tak mau ditinggal sendiri.
Terakhir mereka menyerangku adalah ketika aku masih duduk di bangku sekolah. Waktu itu aku sedang sakit demam, dan tiba-tiba ia hadir lagi setelah sekian lamanya. Menggangguku lagi. Ia membuat diriku menjadi merasa seperti raksasa, tubuhku seakan membesar. Pembesaran tubuh ini dimulai dari jari-jari tangan, pergelangan tangan hingga akhirnya kaki dan jari-jarinya. Pernah sesekali aku katakan pada Ibu bahwa tanganku membesar, dan kusuruh beliau memegangnya. Akan tetapi, beliau tak pernah menanggapinya secara serius. Beliau hanya berkata, “Ah, gak kenapa-napa kok. Tak ada yang membesar, ukuran tanganmu masih seperti biasa..”
Tak hanya sampai disitu, makhluk menyebalkan dan teman-temannya itu juga menggangguku melalui suara. Suaranya berat dan keras, membuat telingaku tak pernah berhasil menghilangkannya. Mereka menuduhku macam-macam. Mereka memarahiku karena banyak hal. Menudingku berbuat segala sesuatu yang salah. Seakan aku tak pernah berbuat benar.
Mereka juga menggangguku lewat barang-barang disekitarku. Menjadikan aku tak berani memegang apapun. Kain-kain disampingku serasa menjijikkan. Termasuk kain yang menempel di tubuhku. Memegang tubuhku pun aku tak berani. Bahkan seprai, selimut, bantal, juga terasa menjijikkan bagiku saat itu. Jari-jari tanganku selalu kubuat membuka untuk menghindarinya. Hingga lama-kelamaan tubuhku mengecil dengan sendirinya.
Lama aku mencoba membuang jauh-jauh perasaan itu. Tak banyak berhasil. Hingga akhirnya aku mencoba memejamkan mata sekeras-kerasnya dan berkomat-kamit mengucap doa. Memohon bantuan dari Yang Maha Kuasa. Dan akhirnya aku terlelap.
Sekali waktu pernah juga aku merasakannya lagi. Hampir-hampir seluruh barang yang ada disampingku, aku lempar. Kain yang menempel di tubuh, aku lepaskan. Lantai saja terasa ngeres semuanya. Tak ada yang beres dengan tubuh dan lingkunganku. Segalanya terasa menyebalkan.
Berkat ide kakakku yang waktu itu kebetulan ada disampingku, aku dibawa ke kamar mandi. Seluruh pakaian yang aku pakai dilepaskannya, tubuhku diguyur air sebanyak-banyaknya. Aku terus mengerang, menolak perlakuan kakakku. Aku dipakaikan baju bersih, diambil langsung dari lemari. Semuanya bersih sekarang. Dan aku merasa lebih tenang.
Kejadian semacam itu berlangsung hingga sekarang. Masih terkadang datang secara tiba-tiba. Akan tetapi, sejak saat itu aku tahu bahwa aku membutuhkan sesuatu yang bersih dari tubuh dan lingkunganku. Ketika mereka datang lagi, aku harus segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, membasahinya. Beberapa kali aku cukup meregangkan jari-jariku untuk menghindari pembesaran tubuh. Dan benar, aku mampu mengatasinya. “Tuhan tak pernah membebani hambaNya dengan sesuatu yang tak mampu diembannya.”

Yogyakarta, 17 Juni 2011

* Karya ini diikutkan dalam lomba Hate ½ Mati yang diadakan oleh Diva Press dan termasuk dalam sepuluh karya terbaik.

Gambar yang (Tak) Tergambar

*Malam tadi, saya tidak sengaja membuka-buka file di laptop. Niatnya sih, untuk mencari beberapa hasil kerja. Namun, tak disangka tulisan ini muncul di antara sekian banyak 'simpanan'. Maka, kuputuskan untuk mem-publish-nya di blog. Bukan apa-apa, hanya berniat menjaganya supaya tidak punah. Hehe 

Seandainya saya bisa menggambar, mungkin gambaran bayang semu itu akan terlihat lebih jelas.

Akan kubuat semacam gambar kotak dengan warna-warni ceria yang indah. Dan kau tahu apa itu?
Kotak yang di dalamnya tercantum dua huruf besar-besar. Sangat besar. Setidaknya itu bisa menjadi bukti kecil bahwa kami sangat bahagia dan yakin dengan apa yang kami putuskan. Sebelum ada bukti-bukti kebahagiaan lain yang lebih menakjubkan. Kotak yang mencantumkan nama lengkap kami, nama kedua orangtua kami, dan waktu mendebarkan bagi seluruh hati kami. Semoga seluruh alam merestui.

Akan kubuat semacam kursi panjang, tiga buah, yang dibelakangnya terdapat bunga-bunga mekar dengan ukiran kayu cemerlang. Dan kau tahu apa itu?
Yang pada hari di saat seluruh hati berbahagia, kami duduk di atas kursi itu. Begitu pula dengan kedua orangtua kami. Tersenyum, membagikan kebahagiaan kepada seluruh orang yang hadir. Tertawa, mengingat kebodohan kecil yang kami dan mereka lakukan saat itu. Menyipit, mengingat kejadian sebelum kami duduk di kursi istimewa itu. Hingga tetesan air mata pun tak mampu dibendung. Bu, Pak, restui kami..

Akan kubuat pula semacam segitiga dan kubus sederhana, merah-putih. Dan kau tahu apa itu?
Yang menjadi saksi bisu perjuangan kami. Menemani kebahagiaan dan kesedihan yang kami jalani. Menertawakan kekonyolan-kekonyolan kehidupan kami. Memberi keteduhan ketika kami berada di ambang ketidakpuasan. Menahan kami untuk selalu bersama.

Akan kubuat semacam garis lurus dengan lingkaran di atasnya, dan memiliki empat garis lurus lain yang lebih kecil yang terhubung dengan garis lurus utama. Dan kau tahu apa itu?
Yang memberi warna pada kehidupan kami. Mengusap peluh kami dengan canda. Menyambut ketika kami sejenak bebas dari penat. Membawa kami pada kebahagiaan keluarga yang sesungguhnya.

Sempurna sudah gambar itu.

Tapi kini kembali kosong, kertas itu masih putih sempurna. Bahkan saya tak bisa menggambar, Tuhan.

27 Oktober 2012, 17:24 WIB
Picanto G
Dalam perjalanan menuju Brebes

Celoteh 'Kerupuk'

*Malam tadi, saya tidak sengaja membuka-buka file di laptop. Niatnya sih, untuk mencari beberapa hasil kerja. Namun, tak disangka tulisan ini muncul di antara sekian banyak 'simpanan'. Maka, kuputuskan untuk mem-publish-nya di blog. Bukan apa-apa, hanya berniat menjaga supaya tidak punah. Hehe. 
Siapa sangka kerupuk menjadi makanan (kesukaan) saya dan beberapa pecinta lainnya? Kerupuk yang tidak baik bagi kesehatan, kerupuk yang hanya begitu-begitu saja, kerupuk yang memang tidak terlihat istimewa, kerupuk yang murahan, dan berbagai statement buruk lain yang bisa dilontarkan untuk makanan macam kerupuk. Akan tetapi, walaupun ada seratus macam statement seperti itu, saya tidak yakin akan menyurutkan niat saya untuk makan kerupuk.
Bagi saya, kerupuk menjadi salah satu ‘sumber’ rasa makanan. Pernah merasakan makanan hambar ‘kan? Nah, makanan hambar akan menjadi sangat nikmat ketika dikombinasikan dengan kerupuk. Itulah alasan utama saya untuk selalu menyediakan kerupuk di ‘meja makan’.
Menurut KBBI, kerupuk adalah makanan yang dibuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat cetak dijemur agar mudah digoreng. Dan saya tidak menyangka bahwa kata kerupuk itu berhomonim. Masih merujuk ke KBBI, arti kedua untuk kata kerupuk adalah kebingungan; tergopoh-gopoh; gugup. Lalu, apa hubungannya antara arti pertama dan kedua itu?
Saya berniat ‘iseng’ untuk menarik benang merah antara keduanya. Walaupun saya tahu bahwa kata yang berhomonim itu wajar jika memiliki arti yang jauh berbeda. Seperti kata bisa yang saya yakin antara arti pertama, ‘dapat’ dan arti kedua, ‘racun’ itu lebih sulit dicari titik temunya.
Berdasar pengalaman saya yang juga sudah saya ceritakan sebelumnya, salah satu alasan utama saya makan kerupuk adalah penambah rasa. Saya tidak pandai mengira-ngira seberapa banyak saya harus menambahkan garam, kecap, merica, dan semacamnya dalam makanan saya. Saya adalah orang yang terima jadi. Nah, untuk mengatasi kebimbangan saya dalam masalah rasa makanan, kerupuk menjadi salah satu jalan keluarnya.

Mungkin itulah garis penghubung antara kerupuk satu dan dua bagi saya. Kebingungan, tergopoh-gopoh, gugup akan rasa makanan membuat saya harus lari ke penambah rasa yang dibuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan. Begitu pula yang saya lakukan saat ini: kebingungan akan tema tulisan menjadikan saya harus berbicara tentang kerupuk!

2 September 2013

Tanpa Kaki

Sudah lama aku terdiam di sini; menatap punggungmu yang sudah hampir pergi.

Semakin lama kubuat kubangan di bawah kaki. Semakin lama semakin besar, aku akan tertahan di sini. Sembari menatap punggungmu yang tinggal se-titik.

Lalu hilang, kau berlari. Aku terseok, tak kuat menatap mentari. Tapi mataku jeli, menatap punggungmu yang menyisakan bayang-bayang sunyi.


________
Jika ada waktu untuk bertemu kembali, mungkin aku akan berlari. Ke belakang. Ya, berlari ke belakang. Tak ada nyali untuk menjumpaimu, sang Suksi.

22 Agustus 2013

Tanda Tuhan


"Adakalanya suatu kenikmatan yang diberikan Tuhan adalah suatu tanda. Maka teruslah bersujud kepada-Nya. Karena bisa jadi tanda itu akan mengarah pada kebinasaan. Bukankah apa yang dimiliki oleh makhluk-Nya bukanlah sebenar-benarnya penglihatan?"

21 Agustus 2013

Tanda Silang di Ikon Baterai Laptop Windows 7

Ketika itu, ...
Tiba-tiba indikator baterai di laptop NB-505 milik saya muncul penampakan tanda silang begini:


Coba juga lihat tulisan di atas indikator baterai itu; Consider replacing your battery --yang itu artinya baterai laptop saya sudah menunjukkan tanda-tanda ketidakberesan.

BAHAYA. Laptop ini sudah saya tekadkan untuk digunakan hingga beranak-cucu kelak. Kalau begini takdirnya, bagaimana saya akan tega melihat warna merah-putih pengganggu yang mentereng itu nemplok disitu? Oh, tidak. Maka demi keinginan itu, saya rela jika harus ganti baterai dengan maksimal bujet !!

Sesegera mungkin saya pergi ke Toshiba Center; memastikan apakah baterai laptop saya baik-baik saja. Setelah dipegang oleh 'sang ahli', saya dianjurkan untuk melakukan safe mode dengan tahapan sedemikian.

  1. Charge laptop sampai penuh, lalu shutdown. Jangan cabut charger terlebih dahulu.
  2. Nyalakan laptop kemudian pencet F8 beberapa kali hingga muncul Advanced Boot Options
  3. Pilih Safe Mode lalu cabut charger.
  4. Biarkan laptop menyala hingga mati sendiri karena kehabisan baterai. Jangan mengoperasikan laptop pada tahap ini.
  5. Dalam keadaan mati tersebut, biarkan saja hingga (+/-) dua jam.
  6. Pasang charger dan nyalakan laptop seperti biasa.

Sang ahli juga menyatakan ada dua kemungkinan yang terjadi setelah 'operasi' itu. Pertama, bersyukurlah jika tanda silang menyebalkan itu hilang. Kedua, tetap bersyukurlah jika tanda silang itu tidak juga lenyap, karena itu berarti akan ada kebutuhan baru dalam hidup. Bukankah yang baru itu seringkali membahagiakan? :']
---ah, tidak juga. apalagi untuk masalah yang semacam ini :D

Di lain pihak, ada seseorang yang tidak setuju dengan pernyataan sang ahli untuk kemungkinan kedua. Menurutnya, ungkapan syukur itu lebih baik diungkapkan dengan berusaha lebih maksimal untuk mengulang 'operasi'.

Nah, inilah yang akan aku lakukan sekarang. Mengucap syukur sembari berdoa untuk melakukan 'operasi' yang kedua.

"Kalau orang lain bisa menghilangkan tanda menyebalkan dengan 'operasi' itu, kenapa saya tidak?"

5 Agustus 2013

untukmu yang telah selesai hibernasi

Entah, rasanya bahagia saja bisa membaca tulisanmu (lagi). Tuturan yang selama ini lenyap; terhempas abu daratan menjijikkan. Tapi sekarang, silakan saja. Mari kita tersenyum sepuas, sekuat tenaga! :D


"pulang"

Mencintai rumah adalah mencintai keluarga.

Apakah itu artinya ketika kita enggan pulang ke rumah adalah keengganan pula yang terasa jika bertemu keluarga?

Sesederhana itu-?


1 Agustus 2013

just FYI

Hoke. Aku kalah. Ini kali pertama aku mengedit tampilan blog-ku dengan waktu yang sangaaat paaanjaaaang~

Ceritanya gini.

tenterentengteeeeng... (sound-effect)

Sepertinya suasana hatiku sedang berubah, maka aku putuskan untuk mengubah template blog-ku, yang kurasa sudah tidak cantik lagi. Berhubung aku lupa meng-capture tampilan blog yang dulu, jadi untuk yang satu ini: no pict, no hoax :D

Setelah lirik kesana-kemari dan klik sana-sini, jadilah tampilan blog-ku yang baru:

Itu hasil capture blog-ku sekarang YANG SEHARUSNYA.

Maka, apabila kau membuka blog ini dan menemukan tampilan semacam ini:


itu artinya kau sedang dibohongi! Waspadalah.

Tak ada efek samping, sih. Cuma ga nyaman dilihat saja. Apalagi mengingat usaha saya mengubah tampilan itu seakan hanya asap; aus begitu saja.

Sekian informasi dari saya. Salam sejahtera :)

.

Ketika kerinduan itu tak hadir, masihkah kau rindu untuk merindunya?

bang Toyib tidak di dalam televisi!


jangan tanya.
aku sedang berusaha membusukkan tulang yang tak kunjung jemu menunggumu,
layaknya bang Toyib yang tak segera pulang -itu kamu.

Pintu tanpa bunyi klik. Jendela apalagi. menerabas panasnya mentari, merasukkan dinginnya malam. Bukan saja takcukup. Aku hanya butuh kembalimu: mencium keningmu.
Lalu menerpa angin, mencerca hujan. tanah resah, bumi pun goyah. senyap.

SENYAP. SENYAP. SENYAP.

ah. nyalak anjing pengganggu! sorak-sorai penonton layar besar itu tak akan pernah tahu kesenyapan itu. goncangan badai mungkin terhiraukan. kapal karam hanya ada di televisi. mana peduli?!

sedangkan aku masih berdiri di depan pintu, menggantungkan gembok di leherku.

bahkan mungkin, bang Toyib sedang bermain di kapal karam; berakting di dalam layar televisi. tanpa perlu tau kepedulianku. cih. sopan.

[Falifal] Bukti Kelulusan Tes Tulis STAN 2013

Alhamdulillah, lulus tes tulis STAN! Tinggal lanjut ke Tes Kesehatan-Kebugaran dan Wawancara. Selamat, Fal. Semoga selalu diberi kemudahan dan diberi yang terbaik oleh Sang Kuasa. Amiiin. Semangaaat \o.o//


Siapa Ifal? Ha, tunggu postingan terbaru kapan-kapan :p

Oya, bagi yang pengen tahu tentang pengumuman Tes Tulis STAN 2013 bisa dilihat di sini.

28 Juli 2013

[Berbagi Foto] Sweta Kartika

Suka baca komik? atau suka membuat komik? atau hanya tertarik pada gambar? atau sudah lihai membuat gambar?

yang pasti, saya tidak terlalu suka baca komik, saya tidak suka membuat komik, saya tidak terlalu tertarik pada gambar, dan saya tidak juga lihai dalam menggambar.

Saya hanya penikmat gambar dan komik. Hanya tahu dari jauh jika satu gambar yang ini lebih terlihat bagus -di mata saya- daripada gambar yang itu. Tanpa paham teknik apalagi teori. Kan masing-masing orang memiliki jiwa seni-nya to? Pasti kamu juga.

Nah, salah satu komik yang saya gemari adalah Grey dan Jingga karya SWETA KARTIKA.
Bercerita tentang sepasang manusia, tentang cinta yang terbaca. Tentang Grey dan Jingga; rasa abu-abu yang menyelimuti cahaya. tentang rasa yang kau pasti juga pernah merasakan.

Kalau orang berkata itu komik galau, terserah. Bagi saya, galau itu hal yang baik. Manusia mana yang bisa pasrah terhadap kegalauan? Dengan membaca itu, setidaknya saya merasa memiliki banyak teman galau di dunia. Dan, beginilah cara saya. Kau boleh mengiyakan ataupun tidak, bebas.

Hanya berlatar belakang hal itu, saya mengikuti setiap satu strip komik yang terbit setiap hari Senin dan Kamis. Bukan berarti saya menunggu kelanjutan komik di setiap dua hari tersebut. Malah lebih sering saya yang disodori kelanjutan strip komik oleh teman saya. Toh, cerita tetap bisa dibuka di hari-hari lainnya.

Just it. Lalu saya berkeinginan untuk bertemu dengan sang pengarang (as you know, i'm interested in men with glasses :p). Hingga pada suatu waktu yang mempertemukan saya dengan mbak Marul, dia mengajakku untuk menghadiri acara di Lesehan Studio Jogja, dengan bintang tamu Sweta Kartika! And i said YES! :D

Hasilnya:


Hahaha, thank you mas Swet. Thank you mb Marul! :*
_________________
*untuk yang ingin mengenal lebih jauh tentang Sweta Kartika, check this out:
facebook: https://www.facebook.com/sweta.kartika?fref=ts
twitter: https://twitter.com/SwetaKartika
blog: http://swetakartika.wordpress.com/

Oya, komik Grey dan Jingga terbit setiap hari Senin dan Kamis di https://www.facebook.com/sweta.kartika/media_set?set=a.3752445891911.2136695.1299322624&type=1

Selamat menggalau xD

2 Juli 2013

Efek Kos Baru

Alhamdulillah, akhirnya saya jadi pindah kos. Suasana baru, keindahan baru. Dan itu artinya impian saya untuk memiliki kamar sendiri sudah tekabul :))


Di kosan baru saya ini, telah tersedia kulkas, televisi, dapur, yang siap dimanfaatkan. Jauh berbeda dari kosan lama yang (mem-)prihatin(-kan).

Hari pertama yang saya lakukan bersama teman seperjuangan (bc: teman kos lama, teman kampus, sekaligus teman kos baru) saya adalah membuat ini:

sayur bayam, terong goreng, dan krupuk pangsit siap lahap xD
yaa, harap maklum. kami juga anak kos. haha.
Sst, kau tahu? Sayur bayam itu juga baru habis enam kali makan (2 orang x 3 kali makan sehari = 6 porsi) :D

Setelah itu, masak-enggak-masak-enggak-masak-enggak. Sama sekali nggak konsisten. Haha, gapapa lah ya, namanya juga belajar :p

26 Juni 2013

i [also had] fall in love

"Yut, kamu 'tu pernah jatuh cinta nggak? Pernah sakit hati juga? Trus kenapa kamu gak pacaran?"
Pertanyaan Agnes tadi memang tidak bisa kujawab sepenuhnya. Aku terdiam cukup lama, ragu menyatakan yang sebenarnya.
Jatuh cinta? Tentu pernah. Aku yakin semua orang pernah merasakan jatuh cinta. Hanya berbeda cara menyikapi, hingga menjadikan beda pula porsi kecintaannya.
Sakit hati? Tentu pula pernah. Orang yang memiliki perasaan, pasti pernah merasa disakiti. Manusiawi.
Sakit hati dari orang istimewa? Apalagi. Kita pasti menyisakan tempat yang lebih luas bagi orang istimewa -menurut kita. Sedikit disakiti, sudah merasa sakit bertubi-tubi. Lagi-lagi hanya masalah menyikapi.

Lalu, alasan apa yang menjadikanku tak berpacaran?
Jatuh cinta, iya. Sakit hati, juga iya. Kita sama.

Berpacaran itu pilihan. Jatuh cinta itu anugerah Tuhan; datang sendiri, pulang harus ditemani.
Tak ada yang bisa mengelak hadirnya cinta. Tak ada yang bisa mengelak sakitnya hati. Perasaan jatuh cinta dan sakit hati itu, sekali lagi, hanya tentang cara menyikapi.
Berpacaran? Aku ulang lagi, itu pilihan. Kau bisa mengelak untuk tidak berpacaran. Kau bisa menghindar untuk tidak menerima ataupun mengajak orang lain untuk menjalin hubungan lebih. Ini pilihan.

Apa yang kusebut sebagai 'cara menyikapi'?
Semakin lama mengingat, maka semakin terpuruklah pada lingkaran cinta. Berputar tanpa pernah mau keluar. Zona aman yang tak nyaman. Zona bahagia yang bisa jadi tak membahagiakan. Cinta itu sebuah energi. Positif, jika kau bawa ke sana. Negatif, jika kau masih saja di sana. Maka, bergeraklah. Bukan berarti melupakan lho, ya. Ingat-ingat kehebatannya. Ingat-ingat yang menjadikannya istimewa di matamu. Ingat-ingat baik-baik. Kemudian lakukan apa yang menjadikanmu istimewa di hadapannya. Tak perlu vulgar memperlihatkan. Ia juga akan melihat jika kau terlihat, kok.

So, cinta itu tak harus memiliki jiwa ataupun raga. Tapi, cinta itu memiliki hati. Dan sesungguhnya hati itu tak akan pernah berhenti mencintai hati.

23 Mei 2013

Allahummasyfi, Rabb.

Seketika aku tertegun, teringat bahwa ini bukan hal baik untuk diceritakan kepada Bapak, Ibu, atau sekedar Kakak-Kakakku.

Sudah empat hari ini sakit kepala ketigaku menyerang lagi. Ini sakit yang luar basa. Pengalaman sakit pertama dan kedua dulu, paling lama hanya dua hari. Pengobatan pun cukup diistirahatkan sehari. Ya, memang pada hari kedua biasanya aku langsung minum obat sakit kepala. Namun, entah pengaruh obat atau bukan, sakitku waktu itu selesai pada hari aku meminumnya.

Beberapa waktu lalu, aku mendengar cerita tentang seseorang yang ketergantungan pada obat sakit kepala yang dijual bebas di pasaran. Sejak saat itu, aku berniat untuk tidak akan meminumnya lagi tanpa anjuran dari dokter.

Berlatarbelakang hal itu, maka sampai saat ini aku belum menelan obat setablet pun. Aku menahan, meski stok obat sakit kepala itu masih nangkring cantik di atas toples obatku. Rasa percaya pada diriku masih membuncah. Tinggal sabar tunggu tanggal mainnya saja.

Akan tetapi, ketika sakit kepala itu tak kunjung sembuh, masihkah aku bertahan untuk tidak meminumnya?


21 Mei 2013

Lirik Kepeningan Skripsi

Awalnya aku tak menyangka skripsi adalah penyebab kepeningan ini. Hingga Arin, sahabat saya, bercerita bahwa beberapa teman kami yang sedang dalam masa pengerjaan skripsi, juga jatuh sakit.


Apa iya, skripsi itu juga yang meracuniku hingga sedemikian rupa?
Senyatanya, setiap aku berkutat-berharihari bersamanya, maka beberapa hari kemudian, pening.
Lama aku tak merasakan kepusingan semacam ini; seluruh ujung rambut ingin kujambak rasanya. Meski tak akan berasa apa-apa.
Lalu, apa yang kemudian aku lakukan?
Beristirahat, sehari-dua hari, hingga badan merasa nyaman.
Akibatnya? Skripsi terbengkalai (lagi).
Jadi, apa yang harus aku lakukan? :'(

18 Mei 2013

oleh-oleh dari Ullen Sentalu :p

Memulai adalah begitu mudah, tetapi mempertahankan adalah sebuah seni yang besar.

-- sepotong kalimat
dari berpuluh surat yang terpajang di
Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta.